BIMTEK AFACI : Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Padi Menunjang Keberhasilan Indeks Pertanaman
Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi (BBPSI Padi), sebagai bagian dari kerja sama multilateral Asian Food and Agriculture Cooperation Initiative (AFACI), berupaya meningkatkan produksi pangan khususnya padi serta mendukung pertanian berkelanjutan.
Salah satu langkah nyata yang dilakukan adalah transfer pengetahuan dan teknologi melalui bimbingan teknis (Bimtek) pengendalian hama dan penyakit padi. Kegiatan ini diadakan di Kp Bakan Laban, Desa Salamjaya, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang, pada Kamis (12/09/24), dengan melibatkan 75 anggota kelompok tani aktif, unsur dinas pertanian setempat, serta narasumber dari proteksi hama penyakit BBPSI Padi.
Kepala BBPSI Padi yang diwakili oleh Ketua Kelompok Substansi Layanan Standar Instrumen Padi, Rina Hapsari Wening, dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan kegiatan bimbingan teknis (bimtek) ini tidak hanya untuk memberikan pemahaman terkait teknik pengendalian hama dan penyakit padi, tetapi juga untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan program IP 400 yang sudah berjalan baik di wilayah desa tersebut.
"Kami merasa perlu memberikan dukungan dalam pengendalian hama penyakit padi agar para petani semakin paham," jelas Rina.
Materi bimtek mencakup pengenalan berbagai jenis hama dan penyakit tanaman padi serta cara pengendaliannya, yang disampaikan oleh Suprihanto. Ia menjelaskan secara rinci tentang hama utama dan minor pada tanaman padi serta mengajak para peserta untuk bersama-sama mengidentifikasi jenis hama yang muncul sejak dini, seperti hama wereng, penggerek batang, bercak coklat, blas dan juga penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri seperti BLB.
Lebih lanjut, Suprihanto menekankan pentingnya pengendalian yang secara intensif, terutama karena siklus penanaman dalam IP 400 sangat singkat.
"Jika terjadi serangan virus kerdil hampa, pengendalian utama adalah melawan wereng coklat. Jika ada sumber inokulum, segera benamkan atau injak ke dalam lumpur. Ini cara sederhana yang masih efektif karena belum ada varietas yang tahan terhadap virus tersebut," jelasnya.
Disinggung soal konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), Suprihanto mengajak petani untuk menerapkan sistem budidaya yang baik (Good Agricultural Practices). Hal ini termasuk melakukan tanam serempak, menjaga jarak tanam yang tidak terlalu rapat, meningkatkan ketahanan tanaman dengan bahan organik dan pupuk makro, serta menggunakan varietas tahan. Ia juga menekankan pentingnya monitoring melalui penggunaan perangkap cahaya (light trap) untuk memantau populasi hama.
Dede Munawar, pemateri kedua, menambahkan beberapa informasi masih terkait hama utama dan hama minor, dengan fokus pada perkembangan wereng coklat dan penggerek batang.
"Satu ekor penggerek batang mampu bertelur antara 100 hingga 150 butir setiap hari. Jika satu ekor bertelur selama lima hari, itu berarti ada sekitar 750 telur. Ulat penggerek batang dapat menyerang hingga enam tanaman," jelas Dede.
Ia juga menjelaskan siklus hidup wereng, mulai dari stadia telur hingga imago (wereng dewasa yang siap bertelur), dan mengingatkan pentingnya tanam serempak untuk mencegah penyebaran hama yang sangat cepat.
Dede juga menyebutkan pentingnya pengendalian penyakit patah leher, yang sering menyerang tanaman. Ia menganjurkan penggunaan varietas tahan, pemupukan yang tepat, serta pengelolaan pengairan yang baik untuk menjaga kelembaban. Varietas tahan seperti Inpari 28 dan Inpari 48 Blas disarankan untuk digunakan.
"Populasi wereng coklat cukup tinggi dan serangan virus kerdil hampa juga semakin meningkat. Sampai saat ini, belum ada varietas yang tahan terhadap virus tersebut," pungkasnya.